Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemkeu Kejar Rp 1 Triliun dari Sukuk

Kompas.com - 30/03/2011, 14:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Keuangan mengejar dana tambahan sebesar Rp 1 triliun yang diharapkan dapat diperoleh dari penerbitan obligasi negara berbasis syariah atau sukuk reguler pada 12 April 2011. Pemerintah berharap dana tersebut akan menambah target pembiayaan untuk menutup defisit dalam APBN 2011.

Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan Dahlan Siamat mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Rabu (30/3/2011).

”Target indikatifnya Rp 1 triliun. Kami terbitkan lagi. Underlying asset (aset yang menjadi dasar transaksi penerbitan sukuk) saya kira akan mencukupi,” katanya.

Seperti diberitakan, underlying asset yang tersedia pada awal tahun 2011 sebesar Rp 10,5 triliun. Namun, karena pemerintah sudah menerbitkan sukuk ritel seri SR-003 senilai Rp 7,341 triliun pada 21 Februari 2011, underlying asset yang tersisa tinggal Rp 3,4 triliun.     

Untuk mendapatkan persetujuan DPR, Kementerian Keuangan menekankan tidak akan menjadikan gedung yang bersimbol kenegaraan atau budaya sebagai underlying asset. Dengan demikian, Kementerian Keuangan tidak akan menggunakan Istana Negara, Masjid Istiqlal, Istora Senayan, atau Candi Borobudur sebagai underlying asset.    

Aset-aset yang menjadi underlying asset harus sudah lulus uji tuntas dengan konsultan hukum yang sudah ditunjuk Kementerian Keuangan. Pemerintah juga tidak akan menggunakan aset strategis sebagai underlying asset, misalnya aset Kementerian Pertahanan, TNI, atau Polri.    

Nilai total surat berharga syariah negara (SBSN/nama lain sukuk) yang sudah diterbitkan pada tahun 2011 adalah Rp 13,341 triliun. Itu terdiri atas sukuk dana haji Indonesia (SDHI) Rp 6 triliun dan sukuk ritel seri SR-003 sebesar Rp 7,341 triliun. SR-003 baru saja ditetapkan penjatahannya pada 21 Februari 2011.    

Dengan demikian, sejak tahun 2008 total sukuk yang sudah diterbitkan pemerintah (baik sukuk ritel maupun reguler) mencapai Rp 57,341 triliun. Jadi, hanya dalam tiga tahun pertumbuhan sukuk begitu pesat. 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com